July 18, 2010

Dua Dunia

Yang satu di pulau dewata.
Seorang lagi dengan kepenatan ibukota.

Yang satu membawa sampai mati budaya nenek moyangnya. “Aku keturunan asli penduduk lokal, darah murni.” Begitu katanya.
Sedangkan dia dengan akulturasi dua budaya yang berpadu. “Aku nggak punya kampung halaman, nenek moyangku jauh di negeri seberang, tapi darahku merah dan tulangku putih.”

Yang satu dengan pesona sejuta puranya.
Yang satu dengan bangunan lantai 30 nya.

Yang satu dengan dewa-dewanya.
Yang satu dengan Tuhannya

Yang satu dengan kesederhanaannya.
Yang satu dengan ambisinya.

Yang satu mengenal wanita sebagai seorang pendamping.
Yang satu terbiasa mandiri dan otoriter.

Yang satu seorang pegawai negeri yang hanya ingin hidup di desa.
Yang satu pengejar mimpi dengan yang ingin merengkuh dunia.

“Di sini nggak ada mall, cuma ada sawah.” Begitu katanya.
“Aku lunch dulu yah, palingan di mall.” Begitu kata yang satu.

Yang satu merayakan galungan.
Yang satu natalan.

Tapi Tuhan dengan caranya sendiri mempertemukan mereka. Tertawa karena mereka berdua tertawa. Tapi… Tuhan juga dengan caranya sendiri memisahkan mereka.

Dua dunia… Yang pada satu masa saat rasa membutakan logika, merasa keduanya dapat bersatu.

Dua dunia…

No comments: